Mustofa, Moh Rizal (2021) Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Stem terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Getaran dan Gelombang Bunyi di Mts Ma’arif Al Mukarrom. Undergraduate (S1) thesis, IAIN Ponorogo.
|
Text
211317086 MOH RIZAL MUSTOFA TADRIS IPA.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS
STEM TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG BUNYI DI MTs MA’ARIF AL
MUKARROM
SKRIPSI
Oleh
MOH RIZAL MUSTOFA
NIM : 211317086
JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2021
ii
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS
STEM TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG BUNYI DI MTs MA’ARIF AL
MUKARROM
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana
Tadris Ilmu Pengetahuan Alam
Oleh
MOH RIZAL MUSTOFA
NIM : 211317086
JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2021
iii
ABSTRAK
Mustofa, Moh Rizal. 2021. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis
Stem Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Getaran Dan
Gelombang Bunyi Di Mts Ma’arif Al Mukarrom Skripsi. Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Pembimbing Syaiful Arif, M.Pd.
Kata kunci : Problem Based Learning, STEM, Kemampuan berpikir kritis
Pada kurikulum K13 yang dilaksanakan oleh pemerintah saat ini memiliki cita–cita bisa
meningkatkan keahlian siswa untuk menyongsong perkembangan Abad 21 yang
menonjolkan kemampuan seperti berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan komunikasi yang baik dan benar1. Sehingga penting sekali kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pembelajaran IPA di tampakkan agar siswa tersebut dapat menguasai
materi yang di sampaikan oleh guru secara langsung. Dengan demikian perlu peran seorang
pendidik yang inovatif untuk merealisasikan cita-cita tersebut sehinga siswa memiliki
kemampuan berpikir yang lebih pada dirinya. Sudah banyak sekali sekarang ini penelitian
yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, tetapi masih belum
bisa maksimal untuk semuanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Problem
Based Learning basis STEM dan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran Problem Based Learning terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa.
Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Model penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif eksperimen dengan menggunakan teknik
The static group Pretest-posttest design. Teknik ini menggunakan dua kelas sebagai
populasi dalam penelitiannya yang tergolong pada True eksperiment kelas pertama
digunakan sebagai kelas kontrol sedangkan kelas kedua sebagai kelas eksperimen. Sampel
penelitian ini adalah siswa kelas VIII di MTs Ma’arif Al Mukarrom
Dari hasil data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan deskriptif kuantitatif dan
statistik menggunakan uji-t two-tailed dan one-tailed yang sebelumnya sudah dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas. Dari hasil penelitian yang diperoleh nilai rata-rata dari kelas
kontrol sebesar 55,5 sedangkan untuk kelas eksperimen sebesar 72. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning basis STEM berpengaruh
terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan dari uji-t yang
didapatkan P-Velue sebesar 0,000 maka Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran Problem
Based Learning basis STEM dengan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang
menggunakan model pembelajaran ceramah. Maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian
yang telah dilaksanakan bahwa pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII MTs Ma’arif Al Mukarrom. Selain itu
pembelajaran ini juga efektif untuk di terapkan terhadap siswa SMP/MTs karena model
pembelajaran ini sangat inovatif dan bisa membuat siswa aktif dalam pembelajaran sehingga
materi yang disampaikan bisa di terima oleh siswa
1 Diyah Ayu Budi Lestari, Budi Astuti, and Teguh Darsono, “Implementasi LKS Dengan Pendekatan STEM
(Science, Technology, Engineering, And Mathematics) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa,”
Jurnal Pendidikan Fisika Dan Teknologi 4, no. 2 (2018): 202, https://doi.org/10.29303/jpft.v4i2.809.
iv
v
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
HALAMAN JUDUL …… ............................................................................. . ii
ABSTRAK.................. ..................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................... vi
LEMBAR KEASLIAN TULISAN....... ........................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
F. Sistematika Pembahasan ...................................................... 6
BAB II : TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI,
KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu ....................................... 7
B. Landasan Teori ..................................................................... 9
C. Kerangka Konseptual ........................................................... 14
D. Pengajuan Hipotesis ............................................................. 17
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ........................................................... 18
B. Populasi dan Sampel ............................................................ 19
C. Instrumen Pengumpulan Data .............................................. 19
D. Uji Instrumen ........................................................................ 21
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 22
F. Teknik Analisis Data ............................................................ 23
BAB IV : HASIL PENELITIAN
ix
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................... 27
B. Deskripsi Data ...................................................................... 29
C. Analisis Data (Pengajuan Hipotesis) .................................... 34
D. Interpretasi dan Pembahasan ................................................ 37
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 42
B. Saran ..................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
SURAT IZIN PENELITIAN
SURAT TELAH MELAKUKAN PENELITIAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
x
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
2. Gambar 4.1 Perbandingan Nilai rata-rata Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen
3. Gambar 4.2 Hasil Dari Instrumen Evaluasi Pembelajaran.
4. Gambar 4.3 Hasil Uji-t Two-tailed
5. Gambar 4.4 Hasil Uji-t One-tailed
xi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.1 Tindakan Kegiatan Guru
2. Tabel 3.1 Rencana Penelitian
3. Tabel 3.2 Indikator Pencapaian Penelitian
4. Tabel 3.3 Instrumen Evaluasi pembelajaran
5. Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
6. Tabel 4.2 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
7. Tabel 4.3 Hasil Validitas Soal Pilihan Ganda
8. Tabel 4.4 Hasil Validitas Soal Esai
9. Tabel 4.5 Hasil Reliabilitas Soal Pilihan Ganda
10. Tabel 4.6 Hasil Reliabilitas Soal Esai
11. Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas
12. Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus
Lampiran 2 RPP
Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Soal Tes
Lampiran 4 LKPD
Lampiran 5 Modul
Lampiran 6 Hasil Validasi Ahli 1
Lampiran 7 Hasil Validasi Ahli 2
Lampiran 8 Hasil Istrumen Evaluasi Pembelajaran
Lampiran 9 Hasil Validasi Soal pilihan ganda
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas soal pilihan ganda
Lampiran 11 Hasil Uji Validitas soal esai
Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas soal esai
Lampiran 13 Hasil Nilai Pretest kelas Kontrol
Lampiran 14 Hasil Nilai Pretest kelas Eksperimen
Lampiran 15 Hasil Nilai Post Test Kelas kontrol
Lampiran 16 Hasil Nilai Posttest kelas Eksperimen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pelajaran IPA saat ini tidak bisa hanya menggunakan hafalan saja melainkan
harus menuntut siswa untuk selalu aktif di dalam kelas karena isi materi dalam IPA itu
sendiri sangatlah luas selain itu juga bersangkutan langsung dengan kehidupan sehari
hari. Sehingga penting sekali apabila pembelajaran IPA itu siswa harus memiliki
kemampuan berpikir kritis dalam proses kegiatan belajar2. Agar mereka bisa menangkap
materi yang ada dan juga bisa kelak mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian perlu adanya pendekatan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan
tersebut. Pendekatan yang sesuai dalam hal ini adalah Pendekatan pembelajaran STEM
(Science, Technologhy, Engineering, dan Mathematic) yang artinya pembelajaran yang
menampilkan struktur sosial dalam proses komunikasi membuat kegunaan dan
kemampuan yang dimiliki siswa secara emosional melalui proses yang tampak melalui
pendapat-pendapat serta tingkah laku yang dianggap sebagai hasil pemikirannya mereka
sendiri dan memiliki perbedaan dengan hasil pemikiran yang mana hasil pemikiran
tersebut tidak bisa tampak secara langsung3
Sudah sejak Abad Ke 21 dimana Negara - negara mulai mengembangkan
pembelajaran dengan menggabungkan 4 aspek yang berbeda yaitu Science,
Technologhy, Teknik dan Mathematic. Mereka membuat pendidikan STEM education
ini untuk menyesuaikan situasi pada saat itu sehingga dapat memberikan jalan keluar
dari masalah pendidikan yang ada4. Penerapan pembelajaran STEM Education ini juga
bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan gambaran yang berpusat di proses
mengambil keputusan sesuai dengan yang harus mereka lakukan berikutnya5.
2 M Yunus, “Perbandingan Strategi Konflik Kognitif Dengan Strategi Konvensional Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Makassar (Studi Pada Materi Pokok,” Chemica, 2013, 30–36,
http://ojs.unm.ac.id/index.php/chemica/article/view/416.
3 James P. Davis et al., “Uniformity, Diversity, Harmony, and Emotional Energy in a Chinese STEM
Classroom,” International Journal of STEM Education 7, no. 1 (2020), https://doi.org/10.1186/s40594-020-
00232-5.
4 Davis et al.
5 Nailul Khoiriyah, Abdurrahman Abdurrahman, and Ismu Wahyudi, “Implementasi Pendekatan
Pembelajaran STEM Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Gelombang
Bunyi,” Jurnal Riset Dan Kajian Pendidikan Fisika 5, no. 2 (2018): 53,
https://doi.org/10.12928/jrkpf.v5i2.9977.
2
Pendidikan Ilmu pengetahuan alam adalah salah satu komponen mata pelajaran
dalam pendidikan formal yang bisa menjadikan kualitas dari sumber daya manusia
menjadi lebih baik. Dengan adanya pendidikan IPA tersebut bisa mencetak tenaga kerja
yang berkualitas karena dalam pembelajaran IPA itu sendiri tidak hanya di tuntut dalam
teori dan pengetahuan saja melainkan juga bisa menerapkan ilmu yang dimilikinya6.
Sehingga mereka memiliki kompeten yang lebih dari lainnya. Pada dasarnya pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam berfungsi sebagai pembantu siswa dalam meningkatkan
beberapa konsep keahlian ilmiah yang diantaranya adalah kemampuan mengamati,
kemampuan mengaplikasikan, keterampilan perencanaan penelitian, membuat
pertanyaan membuat Hipotesis, dan menyampaikan hasil penelitiannya7 Sehingga
penting sekali apabila pembelajaran IPA itu siswa harus memiliki kemampuan berpikir
kritis dalam proses kegiatan belajar.
Seorang tokoh mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan keahlian kognitif
dan kecerdasan yang akan digunakan secara terus menerus untuk analisis, mengevaluasi,
mengidentifikasi dan kebenaran dalam mengatasi gejolak kecurigaan untuk memberikan
keyakinan dan alasan yang dapat diterima secara akal apa yang perlu untuk dilakukan8.
Hal tersebut sejalan dalam pelaksanaan kurikulum K13 yang dilaksanakan oleh
pemerintah memiliki cita–cita bisa meningkatkan keahlian siswa untuk menyongsong
perkembangan Abad 21 yang menonjolkan kemampuan seperti berpikir kritis,
kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan komunikasi yang baik dan benar9.
Sehingga menurut saya penting sekali dan kemampuan berpikir kritis Siswa dalam
pembelajaran IPA agar siswa tersebut dapat menguasai materi yang di sampaikan oleh
guru secara langsung.
Mengidentifikasi hasil pengamatan dari percobaan yan telah dilakukan. Dalam
indicator ini terdapat beberapa unsur. Diantaranya adalah membuat tahapan – tahapan
pelaksanaan dengan urut dangan secara menyeluruh. Membuat sebuah perencanaan
dalam menyelesaikan masalaha yang dihadapi. Dengan demikian siswa yang memiliki
6 Widdy Sukma Nugraha, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Penguasaan Konsep Ipa Siswa
Sd Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning,” EduHumaniora | Jurnal Pendidikan Dasar
Kampus Cibiru 10, no. 2 (2018): 115, https://doi.org/10.17509/eh.v10i2.11907.
7 Eko Sulistiono and dan Yuni Sri Rahayu, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Menggunakan Perangkat Pembelajaran Ipa Smp Berorientasi Penyelesaian Masalah,” Jurnal Pena Sains 1, no. 2
(2014).8 Sulistiono and Yuni Sri Rahayu.
9 Lestari, Astuti, and Darsono, “Implementasi LKS Dengan Pendekatan STEM (Science, Technology,
Engineering, And Mathematics) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.”
3
kemampuan berpikir kritis yang tinggi akan dapat membuat strategi yang tepat untuk
mengidentifikasi masalah yang ada10. Selain itu mereka juga bisa membuat langkah –
langkah pengerjaan dari strategi yang dibuatnya secara sistematis dan benar untuk
mengevaluasi dari hasil pembahasan.
Pada indikator ini pertama siswa harus bisa terlebih dahulu untuk membuat sebuah
kesimpula dari pembahasan atau masalah yang ada kemudian dianalisis secara
berkelanjutan agar bisa untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi dari penyelesaian
masalah11. Disini dari dua indikator yang ada ini saling berkesinambungan untuk bisa
menjadikan siswa untuk memiliki kemampuan berpikir kritis. Nugraha mengatakan
bahwa “Apabila siswa memiliki keahlian dalam berpikir kritis yang lebih itu biasanya
bisa untuk meneliti kembali apa yang yang telah dia sampaikan sesuai dengan ilmu yang
dia miliki sebelumnya”.
Dari hasil observasi yang di MTs Ma’arif Al – mukarrom kauman Sumoroto dalam
pembelajarannya memiliki kekurangan sebagai berikut. 1) Pembelajaran masih
terfokuskan pada guru saja. Sehingga siswa kurang berperan di pembelajaran. Hal
tersebut dikarenakan banyak guru yang sudah lanjut usia dan kurang sarana prasarana
untuk pembelajaran di kelas. 2) Masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan
terfokuskan pada LKS saja sehingga para siswa kurang bisa aktif di kelasnya dengan
demikian kemempuan berpikir kritis darisiswa belum bisa terasah secara maksimal. 3)
Kurangnya fasilitas sekolah. Sehingga belum bisa menerapkan media pembelajaran yang
kurang bervariasi. 4) Kurang minatnya siswa untuk mengikuti pembelajaran dan
membaca Materi. Hasil wawancara dengan guru IPA di MTs tersebut beliau mengatakan
daya minat siswa untuk ke perpustakaan sangatlah sedikit sekali banyak siswa yang
hanya mengandalkan dengan penjelasan guru saja. Sehingga mereka tidak bisa paham
secara maksimal terhadap materi yang ada.
Dari hasil wawancara yang saya lakukan dengan guru mata pelajaran IPA di MTs
Ma’arif Al Mukarrom. Beliau menyebutkan bahwa masih kurangnya partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran, masih sulitnya siswa untuk memberikan sebuah kesimpulan
dari pembelajaran yang sudah dilakukannya pada saat itu apalagi terkait materi IPA.
10 Ade Rohayati, Jarnawi Afgani Dahlan, and Ms Nurjanah, “Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis,
Kreatif, Dan Reflektif Siswa Sma Melalui Pembelajaran Open-Ended,” Jurnal Pengajaran Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam 17, no. 1 (2012): 34, https://doi.org/10.18269/jpmipa.v17i1.230.
11 Khoiriyah, Abdurrahman, and Wahyudi, “Implementasi Pendekatan Pembelajaran STEM Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Gelombang Bunyi.”
4
Sehingga mengakibatkan nilai ujian tengah siswa masih cukup rendah yaitu sekitaran
40-75 dan masih ada beberapa yang lebih rendah dari nilai tersebut. Dengan demikian
perlu adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa karena dari masalah tersebut
termasuk dalam indikator kemampuan berpikir kritis.
Dalam pembelajaran disana guru menggunakan metode pembelajaran ceramah saja
dan seringkali hanya tefokuskan menggunakan materi yang ada pada LKS. Banyak siswa
yang kurang tertarik dengan penjelasan yang dilakukan oleh guru. Mereka malah
bermain dengan teman dekat bangkunya dan terkadang rame sendiri12. sehingga siswa
tidak bisa menangkap materi yang disampaikannya. Terkadang guru pun masih
kebingungan dengan metode pembelajaran yang tepat untuk siswa agar mereka mau
untuk mendengarkan penjelasan dari guru itu sendiri.
Menurut seorang tokoh yang bernama Andriyanti dan winarti pembelajaran IPA
tidak hanya cukup dilakukan dengan menyampaikan materi dan konsep saja melainkan
juga harus ada tahapan proses dari suatu kejadian dalam IPA itu sendiri. Melalui praktik
atau penelitian secara langsung. Dengan demikian pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
seharusnya di desain dengan sedemikian supaya siswa dapat menerima pembelajaran
yang di lakukan. Dan menurut saya Model Pembelajaran Problem Based Learning inilah
siswa akan berperan aktif dalam pembelajaran sehingga mereka bisa memiliki
kemampuan berpikir kritis yang baik dalam menyelesaikan masalah utamanya dalam
pembelajaran IPA. Dengan demikian saya berminat untuk meneliti mengenai model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL)13 Karena di sini siswa dituntut lebih aktif
dalam pembelajaran. Mereka dituntut untuk tidak hanya bisa atau paham mengenai
konsep IPA saja melainkan juga dengan sikap dan proses penyelesaian masalah dari
siswa dan bisa mengaplikasikan secara mandiri.
12Dora Aini et al., “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning ( Pbl ) Terhadap
Kemampuan Berpikir Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning ( Pbl ) Terhadap Kemampuan
Berpikir,” 2018, 65–68.
13 Asri Widowati and A Latar Belakang, “Pengembangan Critical Thinking Melalui Penerapan Model
Pbl (Problem Based Learning) Dalam Pembelajaran Sains,” Majalah Ilmiah Pembelajaran 6, no. 1 (2010): 84–
89.
5
B. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada peneliti memberikan batasan dalam
penelitian ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning
dengan pendekatan STEM (Science, Technologhy, pembelajaran itu nanti siswa
akan bisa menghubungkan ke Empat bidang tersebut.
2. Penelitian ini mengukur kemampuan siswa dalam berpikir kritis dengan mereka
bisa membuat simpulan dari fenomena yang telah mereka terapkan dengan
kelompoknya. Sekaligus bisa membuat sebuah kesimpulan secara mandiri.
3. Sampel yang diambil adalah siswa kelas VIII MTs Ma’arif Al Mukarrom
4. Tema materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Getaran,
Gelombang dan Bunyi. Tema ini diambil karena dalam materi ini akan bisa
dikaitkan dengan keseharian dari peserta didik.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan model pembelajaran Problem Based
Learning Berbasis STEM di MTs Ma’arif Al Mukarrom?
2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning Berbasis
STEM terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII MTs
Ma’arif Al Mukarrom?
D. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan model pembelajaran Problem based
Learning berbasis STEM di MTs Ma’arif Al Mukarrom
2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning
Berbasis STEM terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas
VIII MTs Ma’arif Al Mukarrom
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ke depan diharapkan bisa memberikan pengaruh terhadap
proses pembelajaran di kelas yang akan dilaksanakan oleh bapak/ ibu guru. Berikut
adalah manfaat dari segi teori maupun praktis.
6
1. Secara Teori
Dari hasil penelitian ini diharapkan akan mempunyai dampak dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Sehingga berikutnya bisa dijadikan sebagai
salah satu usaha yang mendukung proses pembelajaran yang lebih baik lagi dan
lebih efisien.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini akan berpengaruh terhadap pelaksanaan model
pembelajaran Problem Based Learning basis STEM untuk kelas VIII di MTs
Ma’arif Al Mukarrom.
b. Bagi Guru
Hasil Penelitian ini bisa digunakan guru sebagai pengetahuannya dalam
menerapkan metode pembelajaran dan bisa meningkatkan kualitas pembelajaran
di kelas. Karena dengan adanya penelitian ini bisa dijadikan sebagai ukuran guru
untuk mengetahui metode yang tepat untuk siswa. Sehingga masalah-masalah
dalam pembelajaran yang sebelumnya terjadi bisa teratasi dengan model
pembelajaran Problem Based Learning ini.
F. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Menceritakan tentang deskripsi dan mengambil peran dasar
pola pikir skripsi. Bab ini terdiri dari latar belakang, Batasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
BAB II : Telaah hasil penelitian, Landasan teori, kerangka berpikir, dan pengajuan
hipotesis. Bab ini terdiri dari tinjauan literatur terkait, pada bab dua ini
tentang telaah hasil penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka berpikir,
dan pengajuan hipotesis.
BAB III : Metode Penelitian yang terdiri dari rancangan penelitian, populasi dan
sampel, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, dan teknik
analisis data.
BAB IV : Hasil Penelitian, dalam bab ini berisi gambaran umum lokasi penelitian,
deskripsi data, analisis data atau pengujian hipotesis, intrepetasi dan
pembahasan.
BAB V : Penutup yang berisi dari kesimpulan dan saran.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Adapun telaah penelitian yang terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini sebagai
berikut:
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asri Widowati dengan judul
“Pengembangan Critical Thinking Melalui Penerapan PBL Dalam Pembelajaran Science”
yang diterbitkan oleh Universitas Negeri Yogyakarta dapat diketahui bahwa model PBL
dapat meningkatkan kemampuan menerapkan metode ilmiah dan kemampuan berpikir
kritis siswa14. Yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah
pendekatan yang digunakan peneliti bisa dapat membantu mempermudah pelaksanaan
model pembelajaran PBL selain itu bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
secara signifikan.
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Risca Ardani pada tahun 2014 dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry Berbasis Eksperimen Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Fluida Statis” yang di terbitkan oleh
Universitas Negeri Surabaya. Di ketahui bahwa dengan adanya pembelajaran Guided
Inquiri Basis eksperimen dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa dan meningkatkan nilai siswa15. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti yang membedakan adalah model pembelajaran yang dilakukan
atau perlakuan terhadap siswa dimana peneliti di sini peneliti menggunakan model PBL
dengan pendekatan STEM. Tetapi dari kedua penelitian tersebut bisa meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan jurnal pendidikan Fisika Indonesia yang dibuat oleh A Setyowati dengan
judul “Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika Untuk
Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp Kelas VIII” diketahui bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa, pemahaman dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan
melalui implementasi pendekatan konflik kognitif16. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian peneliti adalah sama-sama untuk bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis
14 Widowati and Belakang.
15 Risca Ardani and Nadi Suprapto, “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry Berbasis
Eksperimen Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Fluida Statis Di SMA Negeri 1
Gedangan,” Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) 03, no. 02 (2014): 168.
16 A Setyowati and B Subali, “Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif Dalam Pembelajaran Fisika
Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp Kelas Viii,” Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia
7, no. 2 (2011): 89–96, https://doi.org/10.15294/jpfi.v7i2.1078.
8
dari siswa sedangkan perbedaannya adalah dari perlakuan yang dilakukan oleh
peneliti terhadap siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu
dengan model pembelajaran yang berbeda. Sehingga hasil dan efektivitas nya
penelitiannya berbeda.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Masyuni dengan judul “Pelaksanaan
Pembelajaran dengan Pendekatan Konflik Kognitif Berbasis Metode Eksperimen”
berpengaruh positif terhadap hasil belajar kognitif dan memiliki kualifikasi secara
signifikan terhadap nilai kemampuan berpikir siswa. Penelitian tersebut dilakukan pada
tahun 2019 dan diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung17.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Diyah Ayu Budi Lestari dengan judul”
Implementasi LKS Dengan Pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, And
Mathematics) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa” dalam penelitian
tersebut membuktikan bahwa dengan pendekatan STEM kemampuan berpikir kritis siswa
dapat meningkat utamanya pada setiap indikator yang ada pada kemampuan berpikir
kritis seperti aspek Inferensi, aspek asumsi, aspek interpretasi dan aspek deduksi. Jurnal
penelitian tersebut diterbitkan pada tahun 2018 dan diterbitkan oleh Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang18. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah model pembelajaran yang
dilakukan oleh peneliti untuk bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Tetapi
penelitian yang dilakukan dalam penelitian tersebut sama dengan apa yang dilakukan
oleh peneliti yaitu dengan pendekatan STEM.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh U. Styorini dengan judul penelitian
“Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa SMP” dalam penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran PBL
ini bisa dijadikan solusi untuk meningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi
Ilmu Pengetahuan Alam. Hal tersebut dilihat dari hasil Pretest dan Posttes yang
dilakukan oleh peneliti mendapatkan nilai yang memuaskan. Penelitian ini dilakukan
pada tahun 2010 dan di terbitkan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
17 Siti Masyuni and Ardian Asyhari, “Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif Berbasis Metode
Eksperimen Terhadap Penguasaan Konsep Dan Kemampuan Berpikir Kritis,” Indonesian Journal of Science
and Mathematics Education 2, no. 2 (2019): 184–93, https://doi.org/10.24042/ijsme.v2i2.4324.
18 Lestari, Astuti, and Darsono, “Implementasi LKS Dengan Pendekatan STEM (Science, Technology,
Engineering, And Mathematics) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.”
9
Universitas Negeri Semarang (UNNES)19. Yang membedakan penelitian tersebut dengan
penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan peneliti bisa dapat membantu
mempermudah pelaksanaan model pembelajaran PBL selain itu bisa meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Desy Triana Dewi dengan jurnal yang
berjudul “Penerapan Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa” membuktikan bahwa dengan model pembelajaran PBL sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran dan dapat menarik respon positif dari siswa sehingga
kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat. Kemampuan tersebut meningkat
dengan didasari adanya kerja sama dan peran aktif siswa saat pembelajaran. Penelitian ini
dilakukan pada tahun 2020 dan di terbitkan oleh Progam Studi Pendidikan Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya20. Penelitian tersebut memiliki persamaan dengan apa yang
dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama menggunakan model pembelajaran PBL untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan memiliki perbedaan pada pendekatan
yang dilakukan oleh peneliti yaitu menggunakan pendekatan STEM dalam pembelajaran
tersebut. Sehingga peneliti bisa membuat inovasi baru dalam penelitiannya untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan bisa meminimalisir kekurangan yang
dilakukan oleh penelitian sebelumnya.
B. Landasan Teori
1. Model Problem Based Learning
Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang di dalamnya terdapat
bantahan terhadap siswa agar mereka bisa mendapatkan solusi untuk memecahkan
suatu permasalahan secara langsung atau Open-ended secara mandiri atau bahkan
secara kelompok. Model PBL juga dapat memajukan siswa dalam meningkatkan
kemampuan dalam pembelajaran. Masalah tersebut diberikan kepada siswa dengan
maksud untuk memunculkan rasa ingin tahu dari siswa dengan mengaitkan
pembelajaran dengan lingkungan kehidupannya. Sehingga siswa dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan analisisnya.
Efektifitas dari model pembelajaran ini sangatlah sulit. Karena model
pembelajaran ini juga memerlukan bimbingan dan diharuskan untuk memberikan
19 U Setyorini, S E Sukiswo, and B Subali, “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smp,” Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7, no. 1 (2011):
52–56, https://doi.org/10.15294/jpfi.v7i1.1070.
20 Desy Triana Dewi, “Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa,” Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha 12, no. 1 (2020): 1,
https://doi.org/10.23887/jjpe.v12i1.25317.
10
keputusan tertentu selama proses merencanakan dan melaksanakannya. Beberapa
teori menyatakan bahwa PBL ini lebih menitik beratkan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran yang Berorientasi induktif dan perubahan dari siswa itu sendiri21.
Adapun sintaks dalam PBL sebagai berku:
Tabel 2.1 Tabel Kegiatan Guru
Fase Indikator Aktivitas Guru
Tahap 1 Memberi arahan
mengenai masalah
terhadap siswa
Guru menjelaskan arah dari
pembelajaran dan menjelaskan
perlengkapan yang dibutuhkan serta
memberikan motivasi terhadap siswa
dalam penyelesaian masalah.
Tahap 2 Mengarahkan siswa
untuk penelitian
Guru menunjang siswa dalam
mengartikan dan mengatur tugas-
tugas yang berkaitan dengan
masalah yang ada
Tahap 3 Membantu penelitian
secara sendiri maupun
kelompok
Guru membawa agar
mengakumulasi hasil informasi yang
didapatkannya serta melakukan
percobaan untuk mendapatkan jalan
pemecahan masalah.
Tahap 4 Meningkatkan dan
melaporkan hasil
penelitian
Guru menunjang perencanaan siswa
dalam menyiapkan sebuah produk
sesuai dengan laporan dan
membantu siswa membagi tugas
dengan temanya.
Tahap 5 Analisis dan evaluasi
permasalahan
Guru menunjang kegiatan siswa
dalam melaksanakan evaluasi dan
refleksi dalam penelitiannya dan
langkah yang dilakukannya.
PBL itu sendiri memiliki tujuan utama yaitu pembelajaran yang berorientasi
kepada kemampuan dari pada pengetahuan dari siswa. Pandangan pada PBL
menganut konsep pada pembelajaran dan siswa diberi kesempatan penuh dalam
21 Aini et al., “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning ( Pbl ) Terhadap Kemampuan
Berpikir Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning ( Pbl ) Terhadap Kemampuan Berpikir.”
11
meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka dan dapat menganalisisnya sesuai
permasalahan dalam kehidupan sehari hari. Kemudian model pembelajaran Problem
Based Learning ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa dari segi kognitif atau lainnya.
Sekarang ini model pembelajaran Problem based Learning sudah sebagai salah
satu penggali informasi pembelajaran yang menonjolkan sebuah masalah yang nyata
dan mengharapkan siswa untuk menyelidiki da mencari solusi dari permasalahan
yang talah diberikan22. Dengan pendekatan tersebut dan secara berkelompok akan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dari siswa.
Pelajaran Science dengan menggunakan model pembelajaran PBL difokuskan
pada permasalahan yang dipilihnya sehingga siswa bisa mengerti ide-ide yang
berhubungan dengan metode ilmiah dan juga masalah dari siswa itu sendiri. dengan
demikian siswa tidak hanya bisa paham mengenai ide yang sesuai dengan masalah
dalam penelitiannya tetapi bisa juga mendapatkan pengalaman yang berhubungan
dengan keterampilan dalam penerapan metode ilmiah sehingga muncul kemampuan
berpikir kritis mereka.
a. Kelebihan Model Problem Based Learning
Adapun kelebihan dari model pembelajaran Problem Based Learning adalah
dapat memberikan sebuah tantangan dari kemampuan siswa itu sendiri dalam
menemukan pengetahuan terbaru dan memberikan kepuasan tersendiri kepada
siswa. Selain itu dengan PBL juga bisa membantu mengirimkan pengetahuan
kepada siswa dalam hal penerapannya dalam keseharian.23 Dalam PBL juga dapat
memotivasi siswa untuk melakukan pengevaluasian terhadap diri pribadinya baik
dari awal proses pembelajaran maupun hingga hasil pembelajaran, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih bisa berpikir dan bernalar dalam
penyesuaian kemampuannya terhadap pengetahuan yang baru di dapat kanya.
Sehingga Dapat memberikan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam
aktivitas sehari hari.24
b. Kelemahan Model Problem Based Learning
Adapun kelemahan dari model Problem Based Learning itu sendiri adalah.
Dalam modal pembelajaran ini siswa memiliki kepercayaan yang sangat rendah
22 Dewi, “Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.”
23 Aini et al., “Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning ( Pbl ) Terhadap Kemampuan
Berpikir Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning ( Pbl ) Terhadap Kemampuan Berpikir.”
24 Aini et al.
12
terhadap penyelesaian masalah mereka. Sehingga mereka ragu – ragu terhadap
apa yang telah dilakukannya. Perlu adanya pemahaman materi yang sangat jelas
untuk menyelesaikan sebuah masalah atau sebuah Problem. Sehingga dalam hal
ini perlu waktu yang lama untuk mendapatkan keberhasilan dalam pelaksanaan
model pembelajaran Problem based Learning. Selain itu siswa harus tau betul
mengenai materi apa yang harus dipelajari untuk menyelesaikan masalah
mereka.25
2, Pendekatan/Metode/Strategi/Teknik (Pendekatan STEM)
STEM adalah model pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan 4 mata
pelajaran yaitu Science, teknologi, enggenering dan Mathematic. Pendekatan ini
memberikan pelajaran berbasis proyek yang mendorong pemikiran kritis dan inovasi
sambil membangun pemahaman siswa tentang konten dan konsep dari siswa.26 selain
itu dalam pendidikan STEM sebagai fokus untuk memahami pengajaran,
pembelajaran, dan keterlibatan terbatas dalam jumlah dan ruang lingkup, dengan
banyak penelitian di seluruh disiplin ilmu STEM berfokus tentang perspektif kognitif
siswa27. Sehingga dapat menghasilkan siswa yang mampu memberikan kontribusi
berbakat di bidang STEM. Untuk memanfaatkan sepenuhnya potensi STEM siswa
kami, sekolah harus merampingkan pendidikan STEM dan menyempurnakan
pedagogi instruksional mereka. Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan
bahwa STEM adalah pendekatan model pembelajaran yang menggabungkan 4 aspek (
Science, Teknologi, Engieneering dan Mathematic) dimana siswa di tuntut tidak
hanya paham dengan materi saja melainkan harus paham juga dengan konsep dalam
menyelesaikan masalah yang ada.
STEM secara umum berasal dari 4 aspek yang berbeda yaitu Science, teknologi,
teknik dan Mathematic yang dikembangkan sebagai berikut.28
a. Science merupakan pengkajian kejadian alam yang melibatkan penelitian dan
pengukuran untuk mendapatkan materi atau data untuk dijelaskan secara objektif
bahwa keadaan alam itu selalu berubah. Selain itu juga bisa digunakan sebagai
pengembangan teknologi yang berkaitan langsung dengan alam semester.
25 Aini et al.
26 Khoiriyah, Abdurrahman, and Wahyudi, “Implementasi Pendekatan Pembelajaran STEM Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Gelombang Bunyi.”
27 Ken Changwong, Aukkapong Sukkamart, and Boonchan Sisan, “Critical Thinking Skill Development:
Analysis of a New Learning Management Model for Thai High Schools,” Journal of International Studies 11,
no. 2 (2018): 37–48, https://doi.org/10.14254/2071-8330.2018/11-2/3.
28 Khoiriyah, Abdurrahman, and Wahyudi, “Implementasi Pendekatan Pembelajaran STEM Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Materi Gelombang Bunyi.”
13
b. Tecnolighy merupakan karya-karya baru yang diciptakan oleh manusia sebagai
alat untuk memudahkan kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya sehari
hari. Sehingga dengan adanya teknologi kehidupan manusia menjadi lebih baik
dan aman.
c. Teknik (Engieneering) merupakan pengetahuan dengan keterampilan untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah, sosial, ekonomi yang praktis untuk merancang
mesin-mesin konstruksi atau peralatan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia
dan tidak merusak lingkungan” sekitar. Selain itu siswa dapat menerapkan cara
berpikir mereka sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan ilmiah, social
dan ekonomi yang dapat mengembangkan dirinya.
d. Mathematic merupakan pengetahuan mengenai pola-pola dan hubungan yang
menyediakan materi yang dapat digunakan sebagai bahan Teknologi, Science
dan Teknik atau bisa dikatakan sebagai hubungan antara 3 pendekatan-
pendekatan yang digunakan dalam model pembelajaran.
3. Kemampuan (Berpikir Kritis)
Berpikir kritis secara istilah biasa diartikan sebagai berpikir sendiri dalam hal
memperhitungkan atau menilai. Seorang tokoh bernama Muh Fahroyin berpendapat
berpikir kritis adalah tahapan psikologis siswa dalam perjalanannya untuk
mendapatkan pengetahuan. Ada pendapat lain mengemukakan bahwa berpikir kritis
merupakan keahlian kognitif dan kecerdasan yang akan digunakan secara terus
menerus untuk analisis, mengevaluasi, mengidentifikasi dan kebenaran dalam
mengatasi gejolak kecurigaan untuk memberikan keyakinan dan alasan yang dapat
diterima secara akal apa yang perlu untuk dilakukan29. Dengan demikian berpikir
kritis dapat diartikan dengan sebuah kemampuan siswa dalam berpikir untuk
mempertimbangkan beberapa informasi yang bertujuan untuk mendapatkan suatu
ilmu pengetahuan dengan melewati ujian terhadap fakta – fakta yang tidak sesuai
dengan aturan dan kebenaran ilmiah. Sekarang ini berpikir kritis memiliki peranan
yang sangat penting dalam pendidikan dan termasuk dalam tujuan utama dalam
pembelajaran30. Kemampuan paling penting di alam kehidupan adalah kemampuan
berpikir kritis dimana kemampuan ini akan bisa berfungsi efektif pada pekerjaan
bahkan pada aktivitas sehari hari.
29 Sulistiono and Yuni Sri Rahayu, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Menggunakan
Perangkat Pembelajaran Ipa Smp Berorientasi Penyelesaian Masalah.”
30 Dewi, “Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa.”
14
Sorang tokoh yang bernama Rehana mengemukakan pendapat bahwa kegiatan
pelajaran yang tidak mengandung unsur pada upaya peningkatan keterampilan
Berpikir Kritis biasanya menempatkan siswanya dalam pembelajaran role learning
atau hafalan. Sedangkan dalam pelajaran IPA itu sendiri tidak bisa hanya
menggunakan hafalan saja melainkan harus menuntut siswa untuk selalu aktif di
dalam kelas karena isi materi dalam IPA itu sendiri sangatlah luas selain itu juga
bersangkutan langsung dengan kehidupan sehari hari. Sehingga penting sekali
apabila pembelajaran IPA itu siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis dalam
proses kegiatan belajar
4. Hubungan antara (Problem Based Learning, STEM, Berpikir Kritis)
Pendekatan STEM merupakan model pendekatan pembelajaran yang
berkolaborasi dengan empat unsur pelajaran yang berbeda yaitu Science,
Tecnologhy, Engienering ( Teknik), dan Mathematic. Pada pendekatan ini dapat
memberikan pengalaman kepada siswa dalam menyelesaikan masalah dan bisa
memberikan pengetahuan kepada siswa untuk membuat sebuah kesimpulan dari
beberapa permasalahan yang terjadi pada waktu pembelajaran atau penelitian sesuai
dengan penerapan yang ada pada Science, teknologi teknik dan Mathematic. Hal itu
dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran STEM memiliki empat unsur 4C dalam
proses kegiatan pembelajaran yaitu Kreatif (Creative), Berpikir Kritis (Critical
Thinking), Berkomunikasi (Comunition), dan Berkolaborasi (Colaboration) dengan
demikian secara tidak langsung siswa bisa mendapatkan penyelesaian masalah
secara inovatif dari malah yang dimilikinya serta bisa berkomunikasi secara
langsung. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis siswa dapat berkembang dan
menjadikan siswa bisa mendapatkan keahlian secara penuh.
Sedangkan pendekatan STEM ini memiliki erat kaitannya dengan model
pembelajaran Problem Based Learning karena dari keduanya menitik beratkan siswa
dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Dengan
demikian keduanya bisa dijadikan sebagai ukuran kemampuan berpikir kritis siswa
bahkan bisa sebagai meningkatkan dari kemampuan siswa dalam kemampuan
berpikir kritis mereka.
C. Kerangka Konseptual
Penelitian ini memiliki titik fokus yaitu penngkatan kemampuan berpikir kritis
siswa. Hal tersebutlah yang menjadi tola ukur berhasil atau tidaknya penelitian ini dari
proses belajar mengajar di kelas. Pada saat ini kemampuan berpikir kritis siswa kelas
15
VIII di MTs Ma’arif Al Mukarrom masih cukup rendah hal tersebut dikarenakan masih
minimnya peran siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa kurang aktif dalam
pembelajarn tersebut. Kondisi tersebut disebabkan karena model pembelajaran yang
digunakan masih tradisional yaitu dengan model ceramah dan hanya menggunakan LKS
yang mana materi didalamnya masih sangat kurang. Perlu adanya dobrakan baru atau
inovasi baru untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa tersebut.
Oleh karena itu, dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih
aktif dan inovatif dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas sehingga kemampuan
berpikir kritis siswa dapat meningkat. Solusi yang diberikan pada peneliti adalah model
pembelajaran Poblem based Learning Basis STEM (Science, Tecnologhy,
Enggieneering, Mathematic) pada materi Getaran, Gelomang bunyi untuk kelas VIII.
Dengan adanya solusi ini diharapkan bisa menigkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Untuk melihat pengaruh model pembelajaran Poblem Based Learning Basis
STEM (Science, Tecnologhy, Enggieneering, Mathematic) terhadap peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa perlu adanya pembanding dari model pembelajaran
sebelumnya. Di sini peneliti menggunakan dua kelas yang digunakan untuk penelitian
dimana kelas pertama digunakan sebagai kelas Eksperimen yaitu menggunakan model
pembelajaran Poblem Based Learning Basis STEM dan kelas sutunya sebagai kelas
kontrol yaitu menggunakan model pembelajaran ceramah. Kemudian di akhir
pembelajaran kedua kelas tersebut diberikan soal pos test sebagai acuan penilaian dari
kemampuan berpikir kritis siswa.
16
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Tema Materi Pembelajaran
Tahap Persiapan
pembelajaran
Tahap Proses pembelajaran
Kelas Eksperimen
menggunakan PBL
Kelas Kontrol menggunakan
metode ceramah
Test kepada siswa Test kepada siswa
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
17
D. Hipotesis Penelitian
Dari permasalahan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Maka diperoleh hipotesis
sebagai berikut:
1. Hipotesis Uji-t Dua Ekor (Two-Tailed)
Ho : Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran
Poblem Based Learning Basis STEM ( Kelas Eksperimen) sama dengan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran
ceramah (Kelas Kontrol)
Hi : Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran
Poblem Based Learning Basis STEM ( Kelas Eksperimen) tidak sama dengan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model pembelajaran
ceramah (Kelas Kontrol)
2. Hipotesis Uji-t Satu Ekor (One-Tailed)
Ho : Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran
Poblem Based Learning Basis STEM ( Kelas Eksperimen) lebih rendah atau
sama dengan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model
pembelajaran ceramah (Kelas Kontrol)
Hi : Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran
Poblem Based Learning Basis STEM ( Kelas Eksperimen) lebih tinggi dari
pada kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model
pembelajaran ceramah (Kelas Kontrol)
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif eksperimen
dengan menggunakan teknik The static group Pretest-posttest design. Teknik ini
menggunakan dua kelas sebagai populasi dalam penelitiannya. Penelitian eksperimen itu
sendiri terdapat empat macam yaitu Pre-experimental, True Experimental, Quasi
Experimental31.
Desain yang termasuk pra-eksperimental adalah Studi Kasus Satu Tembakan (The
One Shot Case Study), Satu Kelompok seperti faktor metode pengajaran memiliki dua
tingkatan karena memiliki dua jenis pengajaran (misal: terprogram dan tradisional), dan
faktor bakat juga memiliki dua tingkatan yaitu bakat tinggi dan bakat rendah. Dengan
demikian desain faktorial 2 X 2 memiliki dua faktor dan setiap faktor memiliki dua
tingkatan.
Desain True Experimental atau Riset eksperimental merupakan Research that allows
for the causes of behavior to be determined. Untuk menggambarkan riset eksperimental
bisa dilakukan pada dua kelompok dimana kelompok satu disebut kontrol tanpa diberi
perlakukan apapun sedangkan pada kelompok ke dua diberikan perlakuan (treatment).
Diasumsikan kedua kelompok ini sama.
Penelitian Quasi Eksperiment (eksperimen semu). kelompok subjek penelitian
ditentukan secara acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan kelompok yang berada
dalam batas-batas fluktuasi acak . Jadi penelitan kuasi eksperimen menggunakan seluruh
subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment), bukan
menggunakan subjek yang diambil secara acak.
Dari uraian di atas penelitian ini termasuk dalam jenis True eksperimen dengan
Prates-Posttes (The One Group Pretest-Post test), dengan dua sampel atau kelas yang
berbeda, Kelas Pertama digunakan sebagai kelas kontrol sedangkan kelas Kedua sebagai
kelas eksperimen. Kedua kelas tersebut nantinya diberikan 2 soal Test yang sama
sebagai tolak ukur penelitian ini. Sebelum soal dibagikan kepada siswa terlebih dahulu
soal tersebut diujikan reliabilitas dan validitas nya untuk di uji kelayakan dari soal.
Pertama nanti siswa diberi soal pretest dan kemudian diberi penjelasan materi
menggunakan model pembelajaran Problem based learning dengan teknik STEM dan
31 Ni Made Ratminingsih, “Penelitian Eksperimental Dalam Pembelajaran Bahasa Kedua,” Prasi 6, no. 11
(2010): 31–40.
19
kemudian siswa akan diberikan soal posttest. Dan hasilnya itu nanti dijadikan data untuk
hasil penelitian ini.
Setelah mendapatkan data dari penelitian kemudian dilakukan uji statistik dengan
menggunakan uji Normalitas, Homogenitas dan Uji t One-Tailed dan Two-Tailed. Uji
tersebut digunakan sebagai pembanding dan tolak ukur kemampuan berpikir kritis siswa
pada model pembelajaran Problem based learning basis STEM dengan model
pembelajaran ceramah pada siswa di MTs Ma’arif Al Mukarrom kelas VIII.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Kelas Eksperimen
(Menggunakan model PBL) O1 X O2
Kelas Kontrol
(menggunakan model Ceramah) O3 - O4
Keterangan :
O1 = Pretest Kelompok eksperimen
O2 = Posttest Kelompok eksperimen
O3 = Pretest Kelompok kontrol
O4 = Posttest Kelompok kontrol
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sampel atau subjek penelitian. Adapun populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di MTs Ma’arif Al-Mukarrom
tahun ajaran 2020/2021 yang terbagi menjadi dua kelas dengan jumlah siswa
sebanyak 48 siswa.
2. Sampel
Sampel merupakan jumlah dari responden atau objek yang akan di teliti. Sampel
di sini diambil sesuai dengan jumlah populasi yang dibutuhkan oleh peneliti yang
mampu mewakili dari hasil penelitian. Dalam penelitian yang akan dilakukan ini
menggunakan 2 kelas, Kelas A sebagai kelas kontrol dan kelas B sebagai kelas
eksperimen dengan total siswa sebanyak 48 siswa. Penentuan kelas eksperimen dan
kontrol tersebut menggunakan Simple random sampling, yaitu pengambilan sampel
20
penelitian dapat dipergunakan dengan acak sederhana (undian) atau menggunakan
pendekatan bilangan random32.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen merupakan alat yang gunakan oleh seorang peneliti untuk
mengumpulkan suatu data dari responden atau informan dari sebuah tindakan yang
sebelumnya dilakuan. Adapun instrumen yang digunaan pada penelitian ini adalah
instrument evaluasi pembelajaran yang digunakan sebagai alat pengukur efektifitas
model pembelajaran Problem Based learning Basis STEM terhadap peningkatan
kemampuan berpiir kritis siswa. Sedangkan Instrument beriutnya adalah soal Pretest
dan soal Posttest yang digunakan sebakgai tolak ukur pengaruh model pembelajaran
Problem based learning basis STEM terhadap meningkatan kekmampuan berpikir
kritis siswa. Adapun bentuk instrumennya adalah sebagai berikut:
a. Lembar Test
Tes yang digunakan pada penelitan ini berupa Pilihan ganda dan Esay, yang
masing-masing sejumlah 10 pilihan ganda dan 5 esay. Tes ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII di MTs Ma’arif Al
Mukarrom. Berikut kisi-kisi dari soal Pretest dan Posttest.
Tabel 3.2 Indikator Pencapaian Instrumen
NO Indikator Diskripsi
1. Mengidentifikasi Siswa dapat mengidentifikasi
jenis getaran dan gelombang
melalui sebuah pernyataan
2 Analisis Siswa dapat menganalisis
besar kecepatan dan periode
pada suatu gelombang dan
getaran
3 Evaluasi Siswa dapat mengevaluasi dari
adanya gambar, pernyataan
dan sebuah masalah.
4 Inferensi (Menarik Siswa dapat menarik
kesimpulan dari sebuah
32 Supardi Supardi, “Populasi Dan Sampel Penelitian,” Unisia 13, no. 17 (1993): 100–108,
https://doi.org/10.20885/unisia.vol13.iss17.art13.
21
NO Indikator Diskripsi
Kesimpulan) pernyataan dan soal cerita
b. Instrumen Evaluasi pembelajaran
Lembar instrumen ini diberikan oleh guru mata pelajaran untuk mengetahui
bagaimana efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII di MTs Ma’arif Al
Mukarrom. Adapun isi dari instrumen tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Instrumen Evaluasi Pembelajaran
No Uraian
Pendapat
Setuju Tidak
Setuju
1 Pada model pembelajaran ini siswa dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya
2 Siswa lebih aktif dari pada gurunya
3 Siswa lebih bisa mengembangkan kemampuan
dalam bekerja kelompok.
4 Siswa lebih bisa memahami sebuah konsep dari
penelitian
5 Siswa dapat menyelesaikan masalah dari sebuah
kelompok
6 Dengan Model pembelajaran ini siswa dapat
memberikan wawasan dan bisa mengkaitkan
anatara Science, Tecnologhy , Engienering, dan
mathematicdi lingkungan sekitar.
7 Model pembelajaran ini cocok untuk diterapkan
pada siswa SMP/MTs
8 Pmblajaran ini sangat efektif dalam menunjang
keaktifan siswa diklas
9 Model pembelajaran ini sesuai untuk
menyampaikan materi getaran gelombang dan
bunyi.
22
D. Uji Instrumen
Adapun uji yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Validasi Instrumen
Uji validitas bertujuan untuk pengukuran suatu penelitian. Validitas adalah
pengukuran yang menunjukan bahwa hasil data yang diperoleh valid atau kebenaran
instrumen. Instrumen yang benar memiliki hasil validitas yang tinggi. Sedangkan
instumen yang salah memliki hasil validitas yang rendah. Dalam menguji validitas
tes ini menggunakan rumus:
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara variable X dan variable Y
N = Jumlah Sampel
X = Skor Butir Soal
Y = Skor Total
Dengan kriteria pengujian apabila r hitung > r tabel dengan α ≤0,05 maka alat
ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila r hitung < r tabel maka alat
ukur tersebut adalah tidak valid.33
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah ketepatan hasil tes apabila diteskan kepada subjek yang
sama dalam waktu yang berbeda. Instumen reliabel jika instrumen yang digunakan
beberapa kali untuk mengukur subjek yang sama, maka hasil datanya juga sama.
Untuk menentukan uji reliabilitas intrument tes menggunakan rumus alpha, yaitu:
Keterangan :
r = Reabilitas Instrumen
Ʃσ12 = Skor tiap-tiap item
N = Banyaknya butir soal
33 Sudjana, “Metoda Statistika,” (Bandung : Tarsito, 2009), 25.
10 Siswa dapat menrima materi secara baik sekaligus
tahu peneran materi yang didapatkannya
Total
23
σ12 = Varians soal
Kriteria uji reliabilitas yaitu apabila r hitung > r tabel, maka data dinyatakan
reliabel, sedangkan jika r hitung < r tabel maka data dinyatakan tidak reliabel.34
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan dari penelitian yang telah dibuat. Ada
beberapa metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini. Berikut
adalah metode yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data.
1. Tes Soal
Pada penelitian ini peneliti menggunakan Pretest dan Posttest yang diberikan
kepada siswa yang sudah diberikan perlakuan model pembelajaran ceramah dan
model pembelajaran Problem Based Learning basis STEM. Soal yang diberikan
mengenai tes kemampuan berpikir kritis siswa yang terdiri dari 10 soal pilihan ganda
dan 5 soal esai mengenai bab getaran, gelombang dan bunyi.
2. Instrumen Evaluasi Pembelajaran
Instrumen evaluasi ini berupa pernyataan-pernyataan mengenai efektivitas dari
pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning basis STEM. Dalam
instrumen ini terdapat 10 butir pernyataan setuju atau tidak setuju yang akan diisi
oleh guru mata pelajaran yang mengamati proses pembelajaran di kelas.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini dengan uji statistik sebagai
berikut
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui data dari sampel kelas dalam
penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji
normalitas pada penelitian ini menggunakan uji kolmogorov smirnov untk
mengetahui normal atau tidak. Adapun langkah pengujian normalitas menggunakan
uji kolmogorov smirnov adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hipotesis
H0 : Data dari distribusi normal
H1 : Data dari distribusi tidak normal
b. Menentukan rata-rata data
34 Ibid. 27-28.
24
c. Menghitung standart deviasi
SD = √∑(̅ )
d. Menghitung z score untuk i = data ke-n
Z =̅
e. Mencari F1 dengan cara melihat tabel distribusi normal
f. Kesimpulan pengujian :
Kesimpulan pengujian didapat dengan membandingkan nilai Dmaks ǀ F1 – Fs ǀ
dengan Dtabel
g. Kriteria pengujian:
Jika Dmaks > Dtabel maka H0 ditolak artinya data tidak berasal dari distribusi
normal, Jika Dmaks < Dtabel maka H0 diterima artinya data berasal dari distribusi
normal
2. Uji Homogenitas
Apabila data terdistribusi normal, selanjutnya menggunakan uji homogenitas.
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sampel dari penelitian mempunyai
variansi yang sama, sehingga generlsasi dari hasil penelitan yang sama atau
berbeda. Untuk menguji homogenitas menggunakan pada SPSS 25 dengan nilai
taraf signifikan 5%. Rumus uji homogenitas yaitu:
F =
Varian (SD)2 =
( )
( )
Langkah pengujian homogenitas adalah sebagai berikut:
a. Menyusun hipotesis
H0 : = (tidak terdapat varian 1 dengan varian 2 artinya data
homogen)
H1 : ≠ (tidak terdapat varian 1 dengan varian 2 artinya data tidak
homogen)
b. Menghitung nilai F
c. Menetapkan taraf signifikasi ( )
d. Melihat Ftabel dengan rumus
25
Ftabel =
e. Kriteria pengujian
Apabila Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak artinya data tidak homogen
Apabila Fhitung ≤ Ftabel maka H0 ditolak artinya data homogen
f. Membandingkan Fhitung dengan Ftabel
g. Menarik kesimpulan
3. Uji Hipotesis
Setelah uji normalitas dan homogenitas kemudian dilakukaan uji hipotesis. Uji
hipotesis bertujuan untuk menganalisis data dari hasil penelitian, Uji hipotesis pada
penelitian ini menggunakan uji-T. Uji-t digunakan untuk mengetahui signifikasi
pengaruh variabel-variabel independen (X) terhadap dependen (Y) secara parsial.
Besarnya nilai t hitung yang menentukan signifikan tidaknya nilai tersebut adalah
melalui perbandingan antara nilai t hitung dengan nilai t tabel. Dari upaya
perbandingan dapat diketahui bahwa, jika nilai t hitung > t tabel maka signifikan
dan jika nilai t hitung < t tabel maka tidak signifikan. Langkah-langkah pengujian
koefisien regresi secara parsial (uji t) sebagai berikut:
a. Menyusun hipotesis
Ho : Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran
Poblem Based Learning Basis STEM ( Kelas Eksperimen) lebih rendah
atau sama dengan kemampuan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan model pembelajaran ceramah (Kelas Kontrol)
Hi : Rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan model pembelajaran
Poblem Based Learning Basis STEM ( Kelas Eksperimen) lebih tinggi
dari pada kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan model
pembelajaran ceramah (Kelas Kontrol)
b. Menentukan taraf signifikasi dipilih alpha ( ) sebesar 0,05 atau 5%
c. Memilih kriteria pengujian
H0 : diterima apabila -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
H0 : ditolak apabila ttabel atau thitung < -ttabel
d. Nilai thitung
thitung =
keterangan :
t = hasil dari persamaan hipotesis
26
b1= koefisien regresi
Sb1 = standar koefisien regresi
e. Keputusan, Dengan membandingkan antara thitung dengan ttabel, jika thitung > ttabel
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel
terikat.35
35 Ibid, hal. 29-31.
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
1. Latar Belakang MTs Ma’arif Al Mukarrom
Pada tanggal 22 Januari tahun 1969 berdiri sebuah Lembaga Pendidikan Islam
yang bernama PGA atau Pendidikan Guru Agama atas prakarsa para tokoh
Nahdlatul Ulama’ pada Majelis Wilayah Cabang NU Kauman. Lembaga tersebut
melaksanakan proses pembelajaran di gedung diniyah Kauman tempatnya berada di
sebelah selatan masjid Besar Kauman.
Ketua pertama PGA yaitu Bapak Sukeni Moh Ridwan dengan
kepemimpinannya sejak tahun 1969 sampai dengan 1974. Karena dengan adanya
pelantikan PENDAIS dan beliau sebagi penilikan di kecamatan Sukorejo maka
beliau digantikan jabatannya oleh Bapak Daroini Umar, BA. Masa kepemimpinan
beliau dihitung sejak tahun 1974 sampai dengan 1978. Sedangkan pada tahun 1978
tersebut Bapak Daroini Umar dipindahkan ke MTs Carangrejo. Pada saat itulah
terjadinya pergantian nama dari PGA 4 tahun menjadi MTs Al Mukarrom. Peralihan
nama tersebut disebabkan adanya peraturan pemerintah yang menghapuskan PGA
swasta untuk dipindahkan ke PGA Negeri Ponorogo.
MTs Al-Mukarrom berada pada kendali dari Lembaga Pendidikan Ma’arif
Cabang Ponorogo. Perkembangan Madrasah Tsanawiyah Al-Mukarrom dari tahun ke
tahun mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada tahun 1978 selanjutnya jabatan
Kepala MTs Al-Mukarrom di teruskan oleh Bapak H. Abu Amin, BA sampai pada
tahun 2000. Atas Surat Keputusan Lembaga Pendidikan Ma’arif Cabang Ponorogo
jabatan Kepala MTs Al-Mukarrom dilimpahkan kepada Bapak H. Soerjadi yaitu
sampai pada tahun 2006. Kemudian diadakan pemilihan epala sekolah lagi dan
Bapak Drs. Mansur mendapatkan kepercayaan untuk memimpin madrasah tersebut
selama kurang lebih 3 tahun. Kemudian setelah kepengurusan selama 3 tahun
tersebut diadakan lagi dengan masa bhakti 4 tahun dan Bpk Drs. MANSUR
mendapat kepercayaan lagi untuk memimpin Madrasah Tsanawiyah Ma’arif Al
Mukarrom sampai tahun 2013, pada tanggal 1O ktober 2013 diadakan pemilihan
kepala madrasah secara demokrasi, dan Bpk Drs Agus yahya mendapatkan
kepercayaan untuk memimpin MTs Ma’arif Al- Mukarrom masa bhakti ke 4 dari
2013-2017. Pada saat kepala Madrasah yang baru belum sah di lantik maka kendali
MTs Al Mukarrom masih di pegang oleh PJS Drs Mansur. Pada tanggal 30
28
November 2013 diadakan pelantikan kepala madarasah yang baru oleh pimpinan
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU Cabang Ponorogo, yang diikuti oleh semua guru
dan karyawan, Pengurus, Komite, Tokoh Masyarakat, perwakilan KKN Pulosari.
Sejak saat itu MTs Ma’arif Al Mukarrom telah sepenuhnya dipimpin oleh Drs Agus
Yahya sampai pada tahun 2017.
Tanggal 07 September 2015 telah dilaksanakan Visitasi Akademis di MTs Al
Mukarrom oleh BAN-SM (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah) Provinsi
Jawa Timur dengan mendapatkan nilai Akreditasi A yaitu dengan nilai 88, sesuai
dengan SK Nomor: 175/BAP-S/M/SK/X/2015, tertanggal 27 Oktober 2015 dan
berlaku sampai dengan tanggal 27 Oktober 2020, yang disahkan atau ditanda tangani
oleh ketua BAN-SM (Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah) Propinsi Jawa
Timur : Prof. Dr.M.V. ROESMININGSIH, M.Pd
2. Profil Singkat Madrasah
Nama Madrasah : MTs Ma’arif Al Mukarrom
Berdiri tahun : 1969
Alamat Madrasah : Jl Raden Patah No 11 Desa Kauman, Kec Kauman,
Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.
Jenis Madrasah : Swasta
Staatus : Terakreditasi A
NSM : 121235020024
No Telpn : 0352-751093
Fax : 0352-751093
E-Mail : [email protected]
Data Geografis : Latitude : -7.866047
Longitude : 111.407506
29
3. Visi , Misi dan Tujuan MTs Ma’arif Al Mukarrom
a. Visi Madrasah
Beriman, bertaqwa, berilmu pengetahuan, berteknologi dan
berakhlakulkarimah
b. Misi Madrasah
1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap
siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2) Menumbuhkan penghayatan terhadap pendidikan dan ajaran agama Islam
sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
3) Menumbuhkan semangat keunggulan secara optimal kepada seluruh warga
madrasah
4) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga
dapat dikembangkan secara optimal
5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga
madrasah dan komite madrasah
6) Mendorong dan membimbing siswa untuk melaksanakan ibadah secara tertib,
berakhlakul karimah dan melaksanakan syariat Islam yang berhaluan Ahli
Sunnah Waljamaah.
c. Tujuan Madrasah
Berdasarkan visi dan misi madrasah, tujuan yang hendak dicapai adalah
sebagai berikut.
1) Membentuk peserta didik memiliki imtak, akhlak mulia, dan budi pekerti yang
baik.
2) Membekali siswa dengan penguasaan ilmu pengetahuan, tehnologi, sosial,
budaya, dan seni untuk bekal menghadapi masa depan.
3) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berfikir logis, kreatif,
inovatif dan mandiri.
4) Membekali siswa memiliki wawasan kewirausahaan dan kemauan bekerja
keras untuk mengembangkan diri di masa depan.
B. Diskripsi Data
1. Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pada penelitian yang telah dilaksanakan ini peneliti menggunakan jenis penelitian
Kuantitatif eksperimen yaitu dengan bertujuan untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning basis STEM untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa kelas VIII MTs Ma’arif Al Mukarrom pada materi getaran,
30
gelombang dan bunyi. Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan
untuk nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Untuk kelas
eksperimen mendapatkan nilai rata-rata sebesar 72,0 sedangkan untuk kelas kontrol
mendapatkan nilai sebesar 55,0. Adapun datanya sebagai berikut:
Gambar 4.1 Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis S
Item Type: | Thesis (Undergraduate (S1)) |
---|---|
Thesis Supervisor: | Syaiful Arif |
Subjects: | 13 EDUCATION > 1399 Other Education > 139999 Education not elsewhere classified |
Divisions: | Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan > Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Alam |
Depositing User: | Unmuh PPL 24 |
Date Deposited: | 26 Nov 2024 03:14 |
Last Modified: | 26 Nov 2024 03:14 |
URI: | http://etheses.iainponorogo.ac.id/id/eprint/30397 |
Actions (login required)
View Item |