Tradisi Merawat Mushaf Al-Qur’an Kuno (Studi Living Quran Pada Tradisi Ngadusi Buyut)

Rifai, Ahmad (2022) Tradisi Merawat Mushaf Al-Qur’an Kuno (Studi Living Quran Pada Tradisi Ngadusi Buyut). Undergraduate (S1) thesis, IAIN Ponorogo.

[img]
Preview
Text
AHMAD RIFAI E THESES IAIN PONOROGO.pdf

Download (2MB) | Preview

Abstract

Fenomena Living Qur’an menjadi fokus pada penelitian ini dengan objek
penelitian tradisi merawat mushaf Al-Qur’an kuno di Masjid Kebagusan Desa
Sitiwinangun. Tradisi ini dinamakan tradisi Ngadusi Buyut. Syekh Dinurja sendiri
merupakan pendakwah pribumi yang belajar hingga tanah Arab. Sepeninggalnya,
Syekh Dinurja mewariskan beberapa petilasan atau pusaka yaitu mushaf Al-Qur’an,
Cangak dan Pendil yang dirawat oleh ahli warisnya.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, metode
pengumpulan data yang peneliti gunakan yaitu observasi, wawancara dan
dokumentasi. Data utama yang didapatkan bersumber dari observasi langsung dan
wawancara dengan kuncen (pemimpin tradisi), pemuka agama dan sespuh sekitar
Masjid Kebagusan. Kemudian tahap analisis data peneliti menggunakan teori
interaksionisme simbolik dan teori fungsionalisme.
Hasil penelitian ini yakni bahwa bentuk-bentuk prosesi tradisi ngadusi
buyut di Masjid kebagusan desa Sitiwinangun terbagi menjadi tiga, yakni : pertama,
pra-acara yakni persiapan-persiapan pemenuhan kebutuhan acara. Kedua, acara
yakni mulai dari mengeluarkan hingga memasukkan lagi mushaf Al-Qur’an dan
lain-lain dalam peti kedalam lemari. Tradisi dimulai dari dikeluarkannya Al-
Qur’an, cangak dan pendil berwadah peti dari dalam lemari. Ketiga, pasca acara
ditutup dengan tahlilan. Makna simbolik tradisi ngadusi buyut antara lain: Pertama,
ngadusi buyut sebagai simbol perlakuan terhadap Al-Qur’an, yakni Al-Qur’an
sudah dianggap menjadi pusaka peninggalan nenek moyang. Kedua hubungan
dengan diri sendiri. Ketiga, ngadusi buyut sebagai simbol hubungan dengan
sesama. Keempat, ngadusi buyut sebagai simbol hubungan dengan leluhur. Kelima,
ngadusi buyut sebagai simbol hubungan Tuhan. Tradisi ngadusi buyut terjaga
kelestariannya menurut teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski, antara lain:
Pertama, terpenuhinya kebutuhan psiko-biologis dari keyakinan air berkah,
ketenangan batin saat mengusap membersihkan Al-Qur’an dengan diiringi
shalawat, serta pelaksanaan tahlilan pasca acara dan biologis saat pembagian
berkat. Kedua, kebutuhan struktural sosial, terwujud dari terbentuknya jamaah
sehingga masyarakat yang bisa saling bertemu dan menjalin silaturahmi. Ketiga
kebutuhan simbolik, yakni terpenuhinya melalui simbol kebersamaan, tanpa
paksaan dan sosok pimpinan yang menjadi satu saat pelaksaan tradisi.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Thesis Supervisor: Anwar Mujahidin
Subjects: 12 BUILT ENVIRONMENT AND DESIGN > 1299 Other Built Environment and Design > 129999 Built Environment and Design not elsewhere classified
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Dakwah > Jurusan Ilmu Al Qur’an dan Tafsir
Depositing User: Unnamed user with username fransiska
Date Deposited: 16 Dec 2024 05:55
Last Modified: 16 Dec 2024 05:55
URI: http://etheses.iainponorogo.ac.id/id/eprint/31836

Actions (login required)

View Item View Item