...(FILE KOSONG, UPLOAD ULANG)...Analisis Mahar Berupa Ta’lim Al-Qur’an Studi Komparatif Imam As-Syafi’i Dan Imam Abu Hanifah Dengan Relevaninya Dalam Khi

Aisyah, Aisyah (2021) ...(FILE KOSONG, UPLOAD ULANG)...Analisis Mahar Berupa Ta’lim Al-Qur’an Studi Komparatif Imam As-Syafi’i Dan Imam Abu Hanifah Dengan Relevaninya Dalam Khi. Undergraduate (S1) thesis, IAIN Ponorogo.

Full text not available from this repository.

Abstract

Mahar merupakan suatu kewajiban yang harus dipikul oleh suami yang akan menikahi istri sebagai tanda persetujuan dan kerelaan untuk hidup bersama sebagai suami istri. Umumnya suatu mahar bersifat materi namun syari’at Islam tidak menutup kemungkinan suatu mahar bersifat non-materi. Dalam batas maksimal suatu mahar Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i sepakat bahwa tidak ada batas maksimal mahar namun batas minimal keduanya berbeda pendapat terkait hadits riwayat Sahl bin Sa’ad as-Sa’idiy malaktukaha bima ma’aka min al-Qur’an. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan tersebut, maka peneliti akan meneliti hal yang menjadi rumusan dan tujuannya. Pertama, bagaimana ketentuan mahar dalam Islam? Kedua, bagaimana istinbath hukum Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi’i tentang pemberian mahar berupa hafalan al-Qur’an? Jenis penelitian skripsi ini adalahjenispenulisankepustakaandenganmetodekualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari kitab-kitab fiqh Al-Umm, Syarh Fath al-Qadir, Fiqh Munakahat, serta Al-Fiqh Islam wa Adilatuhu dan data sekunder yang berasal dari buku, makalah, serta artikel yang membahas tentang mahar berupa hafalan al-Qur’an.
Hasil penelitian sebagai berikut: Ketentuan umum mahar baik materi dan non-materi boleh selama tidak ada terlarang oleh syariat. Kemudian dalam metode istinbath Imam Abu Hanifah menolak hadits ahaddijadikan hujjah sehingga dalam batas minimal mahar Imam Abu Hanifah berpendapat 10 dirham berpegang pada hadits yang diriwayatkan Jabir bin Abdullah, sedangkan Imam Syafi’i menerima hadits riwayat Sahl bin Sa’ad as-Sa’idiy karena terbukti sanadnya shahih dan dikuatkan riwayat lain sehingga dalam batas minimal mahar Imam Syafi’i tidak memberi batasan. Kasus pemberian mahar yang terjadi di kota Luwuk yaitu berupa hafalan al-Qur’an daripada materi adalah maharnya rusak disebabkan 3 alasan. Pertama, suami terlalu mempermudah mahar tanpa alasan yang dibenarkan yaitu talfiq tanpa memahami dalil yang dimaksud. Kedua, memilih memberikan mahar berupa non-materi daripada materi disaat mampu dan terbukti mahar yang diberikan rusak yaitu bukanlah pengajaran ayat al-Qur’an melainkan memberikan hafalan al-Qur’an. Ketiga,suami bukanlah orang yang memiliki kapasitas dalam memberikan pengajaran al-Qur’an.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Subjects: 18 LAW AND LEGAL STUDIES > 1899 Other Law and Legal Studies > 189999 Law and Legal Studies not elsewhere classified
Divisions: Fakultas Syariah > Jurusan al-Ahwal al-Syakhshiyyah
Depositing User: Mr Perpustakaan IAIN Ponorogo
Date Deposited: 26 Nov 2021 02:54
Last Modified: 26 Nov 2021 02:54
URI: http://etheses.iainponorogo.ac.id/id/eprint/17052

Actions (login required)

View Item View Item