Analisis Terhadap Kriteria Penetapan Awal Bulan Hijriah Menurut Thomas Djamaluddin (Studi Komparatif Antara Kriteria Lapan 2000 dengan Kriteria LAPAN 2011).

Rezha, Nur Adikara (2014) Analisis Terhadap Kriteria Penetapan Awal Bulan Hijriah Menurut Thomas Djamaluddin (Studi Komparatif Antara Kriteria Lapan 2000 dengan Kriteria LAPAN 2011). Undergraduate (S1) thesis, STAIN Ponorogo.

[img] Text
REZHA NUR ADIKARA.pdf - Accepted Version
Restricted to Repository staff only

Download (480kB)

Abstract

ABSTRAK
Rezha Nur Adikara. 2014. Analisis Terhadap Kriteria Penetapan Awal Bulan Hijriah Menurut Thomas Djamaluddin (Studi Komparatif Antara Kriteria Lapan 2000 dengan Kriteria LAPAN 2011). Skripsi. Program Studi Ahwal Syakhsiyah Jurusan Syari’ah dan Ekonomi Islam, STAIN Ponorogo.
Kata kunci: Thomas Djamaluddin, kriteria, awal bulan Hijriah, LAPAN.
Perbedaan umatku adalah rahmat. Itulah satu kalimat yang sering kita dengar dari ucapan para da>’i>, muballigh, usta>dh, bahkan dari para ulama. Namun, apabila perbedaan tersebut diikuti dengan sikap fanatisme, maka hanya akan mengancam keutuhan umat. Seperti halnya perbedaan penetapan akan dimulainya awal bulan dalam kalender Hijriah. Thomas Djamaluddin, sebagai ahli astronomi nasional, telah 2 kali menawarkan kriteria penetapan awal bulan Hijriah. Kriteria pertama adalah kriteria LAPAN 2000 dan yang kedua adalah kriteria LAPAN 2011. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan mengenai metode perumusan serta dasar hukum dari kriteria LAPAN 2000 dan kriteria LAPAN 2011 yang pernah ditawarkan oleh Thomas Djamaluddin.
Penelitian ini dilakukan dengan berbasis data kepustakaan. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitik dengan menurunkan pola berfikir deduktif. Selanjutnya, peneliti menggunakan metode analisis komparatif untuk melihat bagaimana perbandingan dan juga hubungan antara kedua kriteria tersebut.
Hasil analisis dari penelitian ini adalah bahwa metode perumusan kriteria visibilitas hilal LAPAN 2000 adalah dengan menganalisis data pengamatan hilal di Indonesia. Metode analisis yang dilakukan adalah dengan mengeliminasi data pengamatan yang meragukan. Sedangkan metode yang digunakan dalam merumuskan kriteria visibilitas hilal LAPAN 2011 adalah dengan menganalisis kriteria nasional dan kriteria internasional. Metode analisis yang dilakukan adalah dengan mencari nilai parameter minimal dari setiap kriteria tersebut dan selanjutnya dicari parameter pendukungnya dari keriteria lain yang mendekati. Akibat metode perumusan yang berbeda, besaran parameter pada kriteria LAPAN 2011 mengalami peningkatan dari kriteria LAPAN 2000. Pada parameter elongasi mengalami peningkatan sebesar 0,8º. Sedangkan pada parameter beda tinggi bulan-matahri mengalami peningkatan sebesar 1º. Mengenai dasar hukum yang dipakai Thomas Djamaluddin dalam merumuskan kriteria visibilitas hilal LAPAN 2000 dan 2011 adalah sama yaitu kaidah astronomi mengenai cahaya hilal dan cahaya syafak (cahaya senja). Kedua kaidah ini digunakan sebagai bahan pertimbangan karena sebab adanya batas sensitifitas mata manusia yang tidak bisa melihat cahaya hilal yang sangat tipis.
Parameter kriteria LAPAN 2000 adalah umur hilal, jarak sudut bulan-matahari, beda tinggi bulan-matahari, dan azimut bulan-matahari. Sedangkan parameter kriteria LAPAN 2011 adalah jarak sudut bulan-matahari dan beda tinggi bulan-matahari.

Item Type: Thesis (Undergraduate (S1))
Thesis Supervisor: Muhsin, ahmad Junaidi
Location: S 2014 AS 105
Subjects: ?? 2X4 ??
Divisions: ?? pro_as ??
Depositing User: Ms Mujiati
Date Deposited: 05 Aug 2015 02:26
Last Modified: 05 Aug 2015 05:22
URI: http://etheses.iainponorogo.ac.id/id/eprint/137

Actions (login required)

View Item View Item